AYAH SAYA

AYAH saya bernama MASTUR. Beliau bertemu dengan ibu, ketika dikenalkan oleh adik ayah saya. Teman dari bibi saya inilah yang menjadi ibu saya. Dulu cita-cita ayah saya ingin menjadi dalang, namun ibu tidak mengizinkannya dan menganjurkan supaya ayah kuliah dan memperoleh gelar sarjana. Saya bangga memiliki figure seorang ayah seperti beliau walaupun tentu ada kelebihan dan kekurangannya, karena memang beliau manusia biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.

Dulu ayah menjadi pengurus tata usaha, menjadi guru kesenian, pembina pramuka, pembina OSIS, dan pelatih marching band di SLTP Islam Sudirman Ambarawa. Ibu menganjurkan supaya ayah kuliah. Ayah kemudian mengambil jurusan pendidikan guru matematika di Universitas IKIP PGRI Yogyakarta. Dan akhirnya menjadi guru matematika di SLTP tersebut sampai sekarang. Padahal dari dulu nilai matematika ayah selama beliau bersekolah hanya berkisar 7, namun berkat ketekunan kegigihan ayah dalam mengajar, ayah dapat menelorkan siswa-siswinya bernilai 10 pada tahun 2005 yang lalu, bahkan nilai matematika tertinggi tingkat SLTP di Kab. Semarang diraih oleh SLTP Islam Sudirman Ambarawa. Sungguh ayah bisa menjadi teladan untuk tetap berprestasi. 

Hidup adalah mempersembahkan yang terbaik, berguna bagi dunia dan berarti di akherat. Beliau menjadi penceramah setiap bulan romadhon, tidak jarangan hanya 1 atau 2 hari saja beliau libur untuk tidak mengisi kuliah subuh. Ayah sering bergaul dengan orang-orang kecil. Hidup sangat ramah dengan masyarakat sehingga sering menjadi pengurus di masyarakat. Jarang ayah terserang penyakit karena kesukaan ayah meminum jamu dan madu, sehingga membuat saya pun bersemangat menjaga kesehatan. 

Saya rindu ingin memuliakan ayah saya sampai akhir hayatnya. Semoga Alloh memuliakan segala jerih payahnya. Kalaupun sekarang saya lulus dengan predikat cumlaude sebenarnya itulah didikan ayah saya. Ayah sosok disiplin, sederhana, dan selalu menjaga harga diri.

Jangan lupa baca yang ini juga